Kata dalam jiwa

Aku pernah mencintai seseorang
Mengagumi segala hal yang ada pada dirinya
Menatapnya dari kejauhan

Menyimpan perasaan untuknya selama bertahun-tahun
Hingga akhirnya mengungkapkan rasa, ikhlas melepaskannya...
Dan belajar bahwa cinta memang tak harus memiliki.

Aku pernah memiliki, seseorang yang lebih mencintaku dari pada aku ke dirinya.
Menjalani hari bersamanya,
Hingga akhirnya banyak hal yang salah,
Hingga tersadar bahwa kita menjalani cinta yang aneh,
Dan belajar bahwa cinta itu jangan terlalu digenggam, beri ruang sedikit
Bahwa cinta itu mestinya bahagia akan hal-hal sederhana
Bukan hal-hal kecil yang selalu dipermasalahkan.

Dan Aku mencintai seseorang...
Persis seperti perasaan terdahulu.
Mencintainya pada pandangan pertama,
Berkata lirih didalam hati "She is the one"

Dia yang kuperhatikan dalam keramaian,
Dia yang namanya kusebut dalam tiap doa,
Dia yang membuat lelah pun sirna hanya melihat senyumnya
Dia salah satu alasan ketika tubuh lelah mendaki namun jiwa masih sanggup berjuang

Aku mencintainya dengan cara sederhana,
Tertawa bersama menikmati rintik hujan,
Teriak sepuasnya, dan berbincang sesukanya tanpa memperdulikan waktu.

Padanya aku belajar menerima, bukan hanya dirinya tapi segala hal.
Padanya aku mengerti bahwa ada ruang yang tak bisa aku sentuh,
Padanya aku bersabar akan menanti segala misteri yang belum terpecahkan,

Aku mungkin tak punya apa-apa, tapi dalam hal mencintaimu aku takkan terkalahkan.


Namun jika aku bukanlah yang selalu kau sebut dalam doamu,
Jika aku bukanlah alasan bahagiamu,
Jika aku bukanlah yang kamu butuhkan untuk bersandar.

Pada saat itulah aku menyerah.






 

Mencintai itu

Mencintai bukan perkara dua insan saja,
Mencintai adalah masalah tempat, waktu dan keadaan yang saling berkolusi.

Mencintai bukan perkara saling perhatian.
Mencintai adalah bagaimana hati saling mengerti meski jarak, waktu dan tempat memisahkan.

Mencintai bukan perkara aku suka, dan kamu suka.
Mencintai adalah aku dan kamu tanpa alasan apapun.


Dalam mencinta, aku banyak belajar...
Belajar dari Tuhan bahwa cinta bukan sekedar rupa.
Bagaimana kamu mau bersujud pada Tuhan yang wujudnya saja tak pernah kamu lihat.
Belajar dari tuhan bahwasanya ia sering dilupakan namun tetap memberi kasihnya.
Belajar dari Tuhan bahwa setelat apapun, ia akan tetap menanti untuk berbicara padanya melalui doa. 

 

Bahagia Itu

Bahagia ...
Entah kenapa bisa ada kata seperti ini,
Bahkan kenapa mesti diungkapkan dengan kata bahagia?
Ah iya perkara asal muasal kata memang selalu misterius.

Tapi soal kata 'Bahagia' ini memang banyak deskripsinya,
Setiap orang punya bahagia-nya masing-masing,
Untukku, bahagia itu ...
Bisa membuat orang lain tersenyum, bahkan dari sekedar bertatap muka..
Bisa membuat orang lain tertawa,
Bisa berbagi bersama,
Bisa memberikan semangat,
Sekedar ngobrol santai, menikmati kopi.
Berjalan bersama menikmati alam,
Sekedar memandangmu dari jauh, atau mendengar suaramu.
Mendoakanmu dalam tiap waktuku,
Diam dan hanya mendengarmu berceloteh,
dan....
Bahagia menurutku sederhana,... cukup jangan menyesali apapun.

Butuh Pengorbanan

Ada sebuah ungkapan " Berjalanlah sejauh mungkin, maka kamu akan mengenal lebih jauh dirimu sendiri".

Aldi
Siang ini cuaca nampak cerah alias panas terik. Bagaimana tidak, langit terhampar biru sejauh mata memandang dan hanya sedikit awan-awan putih beriringan. Terlihat menawan memang langit siang ini jika saja berada di pantai, tapi aku kini terdampar di stasiun pasar senen yang penuh sesak, menunggu jadwal keberangkatan kereta. Melihat dari tiket yang sudah dipesan dari sebulan sebelumya, tertera pukul 14.00 wib kereta berangkat menuju surabaya tepatnya stasiun pasar turi. Saat ini waktu menunjukkan pukul 12.45, selepas shalat jumat aku mencari tempat untuk makan siang sambil menunggu Rara sahabatku yang akan sama-sama pergi jalan-jalan menuju Kawah Ijen Banyuwangi.

Rara adalah sahabat perjalananku sejak masa kuliah, kami kuliah di kampus yang sama dengan jurusan yang sama Desain Komunikasi Visual. Selepas kuliah, kami kerja di tempat yang berbeda namun tak mengahalangi kegiatan kami dalam pergi berpetualang bersama. Sebenarnya dia menyukai pantai, namun aku sering mengajaknya untuk naik gunung meski ujung-ujungnya tak pernah sampai puncak. Tercatat sudah tiga gunung yang kami daki bersama, gunung gede, pangrango, papandayan. Hanya papandayan yang akhirnya sampai puncak, sementara dua lainnya gagal.

Kebersamaan kami pergi jalan bukan tanpa sebab, berawal dari acara kampus yang pergi jalan-jalan ke dataran tinggi Dieng. Dan disana ternyata rombongan kami tidak menyenangkan, cenderung tidak satu visi. Alhasil disana kami berdua sering menghilang saat sampai di suatu destinasi wisata dan kembali pada waktu yang ditentukan.

Rara
"Ra, gw nunggu direstoran samping pintu selatan ya". Aku melihat isi pesan dalam telepon genggamku. Aku pun bergegas melangkah untuk menuju titik pertemuan. Aldi memang berangkat lebih dulu ke stasiun senen, dia beralasan ingin shalat jumat distasiun. Awal tahun yang sungguh melelahkan dalam kerjaan membuatku tak pikir panjang mengikuti ajakan Aldi untuk ke Kawah Ijen. Aku sesungguhnya tak menyukai perjalanan yang menguras tenaga, terlebih mendengar kawah, yang artinya bagian dari gunung membuatku sudah kebayang betapa melelahkannya perjalanan itu nanti ditambah dengan tempat yang kami kunjungi adalah bagian ujung timur pulau jawa.

Namun aku butuh refreshing dari pekerjaan awal tahun yang super padat dan menguras pikiran. Selain itu Aldi pun merayuku dengan mengatakan, "Ra, ayo ke Kawah Ijen, kita liat Api Biru. Cuma ada dua di dunia loh, satu di Iceland dan satu di Indonesia".

14.00 wib kereta api Kertajaya melaju sesuai jadwal dari Stasiun Pasar Senen. Perjalanan panjang, akhirnya jam 01.30 pada sabtu dini hari tiba di Stasiun Pasar Turi Surabaya. Perjalanan kami lanjutkan menggunakan mobil sewaan yang sudah menanti di stasiun. Pak Amir selaku supir memperkenalkan diri dan mengantar kami ke mobil. Beliau mengatakan perjalanan akan menghabiskan waktu kurang lebih delapan jam hingga tiba di banyuwangi.

Perjalanan kami lalui melalui jalur selatan, jalur yang indah dengan pemandangan hijau terbentang disisi jalan. Dari Kejauhan aku menatap sesuatu, "Pak, itu gunung Raung yah" tanyaku pada pak Amir. Sesaat pak Amir menoleh kesamping, dan berujar "Iya mas, itu gunung Raung". Ah gunung Raung, puncak sejati yang penuh perjuangan untuk kesananya. Aku ingat saat dulu pernah berujar kepada Rara untuk ke Gunung Raung, disana aku ingin membuat tulisan untuk kekasihku Annisa. Namun Rara melarangku, dan berkata jangan gila deh lo Di. Lo lupa gimana kejadian pas lo ke Semeru cuma buat ungkapin cinta ke Annisa dimana lo kena hipotermia yang cukup parah, dan kali kedua lu jatuh dari puncak sampe tangan lo patah. Aku memandang senyum sahabatku yang sedang tertidur di kursi belakang. Bukankah itu gunanya teman, mengingatkan kita dari hal-hal bodoh yang ingin dilakukan.

Setelah sempat berkeliling di daerah banyuwangi, Jam 23.00 wib kami sampai di Paltuding. Ini adalah pos awal untuk trekking ke kawah ijen. Kawah Ijen sendiri adalah bagian dari Gunung Ijen dengan fenomena api biru. Dibutuhkan waktu 2 jam untuk menuju lokasi, guide memberikan petunjuk sebelum trekking. Beberapa perlengkapan yang perlu disiapkan adalah senter/headlamp , masker, air mineral serta makanan ringan. Ia mengingatkan kami agar tidak memaksakan diri jika kelelahan serta kondisi fisik tidak prima.

Pukul 01.30 kami mulai pendakian, cukup banyak yang melakukan pendakian untuk melihat si api biru mungkin ada sekitar 200-an orang. Jalur cukup terjal, kami beberapa kali istirahat untuk mengatur pernapasan, untungnya kami disuguhi pemandangan cahaya kota yang menarik, tampak lampu-lampu dari perumahan di bawah sana seperti hamparan bintang selain bintang dilangit yang cukup banyak tentunya dan oh iya malam ini purnama sempurna menggantung dilangit. Kira-kira untuk melihat api biru, sebaiknya jam 04.00 pagi sudah sampai, karena suasana masih gelap sehingga api biru dapat terlihat jelas. Aku menatap Rara, keringat bercucuran, nafasnya tersengal jelas ini perjalanan berat. Selang satu jam kami tiba di pos bundar, tempat dimana ada bagian untuk beristirahat sekedar selonjoran kaki atau tiduran.

Perjalanan kami lanjutkan, selain medan yang semakin berat, bau asap belerang makin menyengat. Ada saran sebaiknya memakai masker seperti pemadam kebakaran, itu cukup ampuh untuk terhindar dari menyengatnya asap belerang. Namun kami memakai masker kain biasa, otomatis asap belerang menembus masker yang kami pakai. Namun diperjalanan ada sesorang yang mengatakan "Basahi maskernya dengan air, biar ngga menyengat". Benar saja, setelah dibasahi, bau menyengat belerang berkurang. Jam sudah menunjukkan pukul 03.40, dan masih cukup jauh menuju lokasi. Rara tampak kewalahan dan sepertinya tidak sanggup melanjutkan perjalan dimana hanya 2 menit berjalan, ia sudah minta istirahat.

"Kita sampai sini aja kalo kamunya ngga kuat" ucapku pada rara.

"Jangan Di, lo duluan aja jalan, gw nyusul" balas dia sambil terbatuk-batuk.

"Kita kesini bareng-bareng, lo ngga.. ya gue juga ngga. udah kita turun aja yuk" pintaku.

"Di, gw bakal sampe keatas kok, cuma klo lu bareng sama gw, lu ngga bakal dapet melihat api biru karena keburu langit terang".  Lo kan yang ngebet untuk melihat api biru, udah lo aja naik duluan. Gw tau prinsip lo adalah, berangkat sama-sama, mencapai sesuatu sama-sama dan pulang sama-sama. Tapi kali ini gw mohon, lo duluan. Gw akui prinsip itu bagus, dan itu tanda persahabatan yang kuat. Tapi gw juga harus sadar diri, sebagai sahabat gw ngga boleh menghalangi lo atau jadi beban lo untuk mecapai tujuan lo. Gw akan ada diatas, tapi mungkin ngga untuk api biru. "Pliiis .." ujarnya sambil menelungkupkan tangan.

Akhirnya gw pun mendapatkan api biru itu. Langit mulai cerah, matahari mulai meninggi. Jam menunjukkan pukul 05.00, aku tidak terlalu lama melihat api biru, sekedar mengabadikannya dalam bidikan lensa kamera. Aku terus memikirkan Rara, entah apakah ia sampai atau tidak diatas atau mulut kawah ijen.

"Haiii.... Aldiii ..." terdengar teriakan seseorang.

Tuh kan gw sampai juga disini, hehehe. Rara tampak tersenyum ceria. Tak terlihat wajah lelahnya seperti saat mendaki tadi. Hmmm yah kalaupun gw ngga dapet si biru, setidaknya gw melihat si ijo, sambil menunjuk ke arah kawah. Dan gimana api birunya, bagusan mana sama kompor di rumah, ledek Rara padaku.

"Bagus.... banget...banget..banget Ra" ucapku dalam hati.

Disini sekali lagi, perjalanan indah bareng sahabat gw lalui. Selalu ada cerita menarik dan pelajaran berharga dan kali ini Rara banyak mengajarkanku sesuatu tentang arti sahabat.


*
Cerpen ini ditulis dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen dari Tiket.com dan nulisbuku.com #FriendshipNeverEnds #TiketBelitungGratis .













Ibu

Ibuku tak seperti ibu kalian...
Dia tak lihai memainkan handphone...
Setiap menelepon pun tak bisa bercerita lama... Hanya "halo, dimana, kapan pulang". Sms pun hanya sepatah dua patah kata.

Untungnya masih setiap hari bertemu, dan serumah. Dia selalu terjaga pukul 3, menyiapkan masakan untuk membuat sarapan.

Dia tak pandai menjadi teman bercerita, namun selalu menjadi motivator terbaik. Sederhana saja... "Selesain tugas akhir, kapan ngerjain tugas akhir, .... Lulus trus kerja, nanti kalo nikah biayanya segini, kumpulin uang makanya buat beli rumah.. Dan lainnya".

Letihmu tampak diraut wajahmu, meski pesona cantik masa mudamu masih terlihat.

Jiwa ragamu menemani setiap langkah dan momen penting dalam hidupku. Rasanya tak pernah cukup untuk membuatmu bahagia, ah ibu... Sehat selalu, ada banyak hal indah yang ingin kubagi denganmu.

Di Atas Awan

Lo emang orang paling cuek dalam pergaulan...
Tapi gw akui, dalam hal ini lo adalah orang paling bijaksana dan penuh persiapan matang.
Bagaimana ngga? Lo urus semua akomodasi perjalanan jauh-jauh hari, mencari tiket murah, mencari transportasi yang murah, sewa homestay, hingga perlengkapan untuk kebutuhan selama 1 minggu.

Ya, 10 bulan sebelumnya lo berkata dengan santai... " Naik ke gunung semeru yuk" ucap lo tanpa basa-basi apapun yang gw saut dengan persetujuan.

selang 1 bulan, lo udah ngabarin semua sudah siap, bahkan agenda apapun udah lo rinciin. Gw masih ingat, lo cuma bilang "Kosongin jadwal 1 minggu ya, cuti kerja diurus".

Perjalanan yang memang panjang, kita sebagai sahabat dari jaman sekolah dengan seragam abu-abu, hingga udah kerja... membuat perjalanan ngga pernah membosankan atau melelahkan, ya karena udah seringnya kita travelling bareng. Tapi kali ini beda, ini kali pertama kita naik gunung.. dan ngga tanggung-tanggung lo ngajak naik ke gunung semeru dimana ini bukan kelas pemula. Puncak para dewa, titik tertinggi pulau jawa dengan tinggi 3676mdpl.

Kita memang berjalan santai, hingga akhirnya tibalah di semeru, puncak yang menjulang... puncak para dewa, keindahan yang ibarat setitik surga jatuh kebumi saat kita menghabiskan malam di Ranu Kumbolo, saat kita menyusuri oro-oro ombo yang legendaris, hingga tiba di Kalimati.

Ya, kalimati...
Batas aman yang dianjurkan untuk pendaki, karena medan ke puncak sungguh berat dan berbahaya. Hingga memulai summit, tak ada yang aneh... hingga akhirnya jarak tersisa 100 meter dari puncak.

Kakiku tak bisa lagi dipaksa melangkah, ia sudah sampai dititik daya tahan seorang manusia. Saat itu aku berkata "Sabar ya, mungkin istirahat sebentar bisa lanjut lagi kok". Namun kamu langsung menjawab tegas " Kita turun, ngga mungkin dipaksain".

lalu..

"Puncak memang sangat penting, tapi kembali dengan selamat jauh lebih penting".

Gw pun berkata "Lo aja yang muncak... ya, gw ngga apa-apa kok. Raih puncak semeru buat gw".

Namun tiba-tiba, kata-kata mengagetkan dari lo keluar "Ngga, kita berangkat sama-sama, kepuncak pun sama-sama. Kalo lo ngga bisa, ya gw pun juga ngga. Puncak bukan segalanya, tapi siapa yang bersama-sama berjuang itu lebih dari segalanya".


... 3 tahun berlalu....

Kini, hari ini 17 Agustus 2014,  4.884 Mdpl ... salah satu 7 summits... Puncak Jaya Wijaya.

Disini kita bersama mengibarkan bendera merah putih.

..entah apa yang akan terjadi jika 3 tahun lalu aku memaksakan diri.

Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program 
Simulasi Kompetisi Menulis 
berhadiah 2 tiket PP + voucher menginap di hotel berbintang BALI dari www.nulisbuku.com dan www.tiket.com 


Cinta Itu Dekat

Cinta itu apa?

Kamu selalu bilang, cinta itu bukan sekedar ucapan..
Kamu bilang, cinta itu perbuatan.

Pukul. 06.00 am.
"Hai selamat pagi sayang, jangan lupa sarapan dan semangat untuk aktivitas  hari ini, Love you" sms kukirimkan padamu.

Setiap pagi aku harus sms kamu, memberikan kabar dan memeberikan ucapan selamat pagi. Rutinitas ini bukan sekedar sms yang tak berarti. Seolah rutinitas ini menjadi bagian penting dalam aktifitas, berusaha untuk tidak kesiangan mengabarkan maupun memberi salam. Rutinitas yang kulakukan pertama saat ku hendak pergi beraktifitas, atau memulai aktifitas. Ya rutinitas yang kamu anggap membosankan karena sms ku isinya sama, padahal banyak hal yang ku usahakan untuk rutinitas ini.


Pukul. 12.30 pm

"Hai, selamat siang... jangan lupa makan ya. Hmmm kok ngga ada kabarnya dari pagi" tanyaku.

selang beberapa saat kemudian...

"Iya, sama-sama. Hmm abis bosen, gitu-gitu mulu smsnya. Telpon kek" balasmu.


Aku selalu bilang, aku paling malas telponan, entahlah tidak suka aja. Namun, aku lebih suka sms.. kenapa? karena dengan begitu ada sesuatu yang selalu bisa kulihat dan baca berulang-ulang.

Kamu mungkin ngga akan tau berapa kali aku membaca pesan yang sama darimu, membayangkan wajahmu..senyumnya.. renyah tawamu.

Ah kamu ngga tau kalau tulisan itu abadi.

Kamu selalu merasa kita serasa jauh meski dekat, sedangkan buatku... bahkan lima kata dari sms yang kamu kirim  membuatku merasa kamu dekat hingga bisa kubayangkan wajahmu diantara langit siang atau malam.


Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program 
Simulasi Kompetisi Menulis




Cerita Kita

#30HariMenulisSuratCinta

Nona

#30HariMenulisSuratCinta

Pilihan

#30HariMenulisSuratCinta

Masa depanmu

#30HariMenulisSuratCinta

Februari

#30HariMenulisSuratCinta

Teman

#30HariMenulisSuratCinta

Hari 1 : Kamu

#30HariMenulisSuratCinta

Teman

Ada banyak tipe teman....
Ada teman yang hanya sekedar teman sapa. Hanya sekedar sapa dan berbalas senyum, kalaupun mengobrol hanya seperlunya.

Ada teman yang menjadi teman belajar. Teman mengerjakan tugas, bahan contekan atau nongkrong nunggu pelajaran berikutnya.

Ada teman bersuka ria atau party have fun istilahnya. Teman yang bisa diajak senang-senang, teman yang datang saat momen bahagia. Teman yang paling ramai saat kita ulang tahun atau spesial lainnya(ramai minta traktir).

Ada teman yang selalu hadir kala suasana sedih. Teman yang selalu siap jadi tempat curhat, setia mendengarkan segala keluh kesah. Biasanya mereka orang yang malas diajak kemana-mana. Tapi mereka jadi yang paling tulus menolong, penuh perhatian.

Dari ciri teman diatas, maka ciri ciri diatas akan menjadi 2 hal.
1. Teman sekilas
Mereka adalah teman dengan 4 ciri diatas, namun lambat laun terlupakan.
Coba deh kamu ingat-ingat, masihkah kamu berhubungan dengan teman sekolah? Mungkin ketemu dijalan pun sudah tidak saling sapa karena sungkan.

Ada teman bersuka ria, dan pernah jadi teman dikala susah. Namun seiring waktu, kesibukan.. maka kamu sudah jarang berhubungan lagi. Yang akhirnya hanya sekedar menjadi kenangan. Sampai lupa bahwa dulu betapa eratnya hubungan pertemanan, betapa pernah saling berjanji akan terus kumpul-kumpul hingga tua kelak.

2. Teman hidup
Mereka adalah teman dengan 4 ciri diatas, yang selalu ada, yang selalu bisa diandalkan. Yang masih menjadi tempat dimana kamu bisa bercerita penuh fantasi. Bisa jadi jenis ini adalah pasanganmu, tapi ada juga yang bukan pasanganmu... hanya teman. Teman yang sejauh apapun pergi berkelana meninggalkan, namun kala ia kembali.. maka kamu yang selalu ia sempatkan untuk berkunjung. Teman yang selalu memberimu waktu sendiri, teman yang datang tanpa diminta kala kamu sedih, dan kala kamu bahagia... ia takkan datang tanpa diundang. Teman yang mendoakanmu tanpa kamu tahu.
Teman jenis ini hanya sedikit, sedikit sekali. Bahkan hanya yang beruntung punya teman jenis ini sedari masa kecil hingga dewasa.

Nah, teman jenis apa yang kamu punya. Atau kamu sendiri termasuk teman dengan ciri seperti apa, sekedar sapa, sekedar teman belajar, teman have fun atau tempat bersandar kala sedih.

Rasa Nyaman

Kenyamanan tak pernah bisa dibayar...
Seseorang yang merasa nyaman, ia takkan pernah mengeluh.

Untuk membuat seseorang senantiasa setia, hanya diperlukan pengertian dan berikanlah kenyamanan.

Sediakanlah waktu untuk mendengar, Karena saat seseorang bercerita pada pendengar yang baik, saat itulah kenyamanan datang.

Hey

Adakalanya lidah menjadi kelu, mulut seolah tak mampu berkata-kata meski hanya satu kata....

"Hey" ....
Pada sahabat yang sudah lama tak bersua, pada kerinduan suatu masa kala segala hal menjadi bahan obrolan.
Pada waktu yang seolah bebas dihabiskan semalam suntuk. Pada saat dimana tak dibutuhkan kalimat awal untuk saling bicara, serta bahan obrolan yang tak perlu dipikirkan tepat atau tidak.

Dan pada masa ini... Satu kata "Hey" cukup untuk memutar kembali sebuah cerita. Cukup untuk membuat seseorang tersenyum. Atau bahkan kata "Hey" tersebut tak dihiraukan. Padahal, kata "Hey" itu bisa jadi sebuah ungkapan kangen luar biasa, namun tak disadari.

Jadi, jangan abaikan kata "Hey" itu kala ada seseorang yang mengatakannya. Dan satu hal terpenting... tak perlu lah gengsi untuk memulai mengatakannya selagi masih ada kesempatan dan waktu.

2015

Selamat datang 2015...

Hmmm, telat banget yah. Tak apalah ya, dari pada 'ngga', hehe. Tahun ini banyak hal baru yang ingin saya alami, terutama pengalaman kerja baru menjadi prioritas utama.

Selain itu tahun ini, semoga ada rejeki dan kesempatan untuk jalan-jalan lebih sering.

Hmmm sebenernya sih sudah saya tulis beberapa resolusi untuk tahun ini diblog saya lainnya.

Untuk blog ini, saya ingin buat resolusi, semoga tercapai( ga kayak tahun kemarin yang cuma dibulan awal aja sering nulis). Saya ingin membuat entah puisi, sajak, cerita pendek sekali, atau sepatah kata maupun gambar mengenai hari yang saya lalui. Semoga bisa berkelanjutan... Aamiin.