RI-1

Malam itu, langit sangat indah penuh bintang. Malam Natal yang indah di Nabire, Papua. Mungkin ini hadiah untuk masyarakat sini yang baru tertimpa musibah Gempa beberapa waktu lalu.

08.00 WIT
Mentari pagi bersinar indah di bumi Papua, perjalanan selanjutnya adalah menuju Ambon.

11.00 WIT
Tujuan berubah, aku tidak jadi ke Ambon, dan memerintahkan semua staf untuk menuju Aceh, itu setelah kudengar bahwa Aceh diguncang gempa 8,9 SR yang bahkan menurut BMKG Amerika adalah Kelima terbesar sejak 1900

Tanah Aceh ....
Aku menjejakkan kakiku , sejauh mata memandang hanya tampak puing-puing, wajah-wajah penuh kesedihan. Ah, cobaan apalagi untuk bangsa ini, untuk rakyatku, dan untukku yang baru beberapa bulan dilantik.

Kamu adalah Alasan

Kamu adalah alasan untukku melihat handphone ku

Kamu adalah alasan untukku tersenyum kala seharian yang melelahkan dan membuat penat

Kamu adalah alasan untukku mengacuhkan segala cinta yang datang

Kamu adalah alasan kenapa ku mencinta

Dan aku ingin menjadi alasan yang membuatmu menanti

Mimpi

Aku punya mimpi, dan mimpi itu hidup bersama kamu

Aku punya mimpi, dan mimpi itu dipasangi dasi oleh mu setiap bekerja 

Aku punya mimpi, yaitu kamu menjadi alasan untukku pulang cepat dari bekerja

Aku punya mimpi, mengelilingi dunia dan kamu mendampingiku 

Aku punya mimpi, duduk berdua menatap senja bersamamu dihari tua nanti

Aku punya mimpi, dan apa mimpimu ?

Aku Cinta kamu

Dia wanita biasa, aku tahu itu.
Dan ketika orang-orang mempertanyakan cintaku padanya, ku jawab "Dia memang biasa tapi aku cinta dan sayang dia".

Mencintainya sudah seperti kebutuhan, meski kadang tak ada kata yang terucap...
Mencintainya sudah seperti kebutuhan, meski kadang selalu di isi pertengkaran...

Tak peduli berapa menit, jam , hari bahkan tahun.... berapapun pertengkaran yang kita lalui, berapapun keheningan yang terjadi... aku masih tetap cinta.

"Ya, aku cinta kamu Icha" gumamku pada bulan.
Dan kuyakin kamu menatap bulan yang sama jauh di pulau seberang sana...
Aku menunggumu, karena cinta.

Sudah Terlambat

"Hey,... kamu mondar-mandir terus" ujar Asha padaku.
"Hmm, ada banyak hal yang ingin kukatakan" gumamku dalam hati.
... Esok hari kulihat dia bergandengan tangan dengan Vino,... ah sudahlah, sudah terlambat.


KAMU EGOIS !

Kamu egois... Iya kamu egois...
Aku ga boleh inilah... Ga boleh itulah...
Selalu ga boleh...

Kamu egois !... Iya kamu egois !...
Kamu suka banget ngelarang-larang aku bermain dengan duniaku sendiri...

Ah sungguh kamu egois !...
Apa-apa harus sama kamu... Aku kan punya kesenangan sendiri...
Aku bisa kok melakukan segalanya sendiri, menjaga diri dan hati...
Kamu ga perlu menemaniku...

Kenapa sih kamu egois !...
Selalu saja tidak percaya denganku... selalu saja salah paham padaku...
Meski sudah kujelaskan...

Kamu tuh ya... Memang benar-benar egois !...
Dan keegoisan kamu telah membuatku jatuh cinta...
I LOVE U

Alasan Telat

"Hey,... hmmm pantes sering telat, jadi ini alasannya.. menepi dipinggir jalan dan menikmati kopi". cetus Nelly selang beberapa saat turun dari taksi.

"Ah ngga kok, bukan" Rendra mengelak.

"Trus apa, motor kamu mogok..." tanya Nelly yang belum selesai bicara langsung disanggah oleh Rendra
"Sini deh, duduk di samping aku".

"Lihat itu .." Rendra berujar sambil menunjuk ke suatu arah.

"Apaan, langit, matahari... emang ada apa??" Nelly pun mengernyitkan dahinya karena kebingungan.

"Hmmm, sunrise... indah ya" Dengan senyum mengembang Rendra berujar.

"Sunrise... dipantai, digunung, itu baru bagus... ini mah ga ada bagusnya deh" Nelly pun makin heran dengan sahabat kuliahnya satu ini.

"Kamu liatnya jangan sekilas gitu, coba relaks, dan .... perhatikan.... dan bila fokus kamu bisa melihat pergerakan matahari itu dengan sangat indah" ucap Rendra.

beberapa saat mereka saling terdiam, hanya ada senyum yang mengembang diwajah mereka.

"Gimana, indah kan" Rendra membuka percakapan.
"Iya, indah,.. gue baru sadar" balas Nelly.

Itulah dia, ga perlu ke pantai, ke gunung, atau kemanapun untuk mencari pemandangan indah, karena sebenarnya keindahan itu kita yang nentuin, kita cuma butuh relaks dan perhatian yang fokus. Dan itu bedanya kenapa kalo kita jalan-jalan ketempat wisata begitu takjub dengan pemandangan yang kita lihat... itu karena kita relaks.

Kitanya aja yang ga respect sama sekitar. Karena itu aku selalu menikmati tiap perjalanan dengan melihat sekeliling yang aku lewati, yang tidak orang perhatikan, yang justru malah memerhatikan kemacetan dan segala hal yang negatif... huft.

"Hmm, oke... mari berangkat kekampus... jadi ikutan telatkan kamu...heheheh" celoteh Rendra.
Sunrise ditepi jalan

*Gambar diambil dengan EOS 1100D
 mode A-DEP.




Mari Menulis

Halooo, hemm sudah lama sepertinya tidak menulis diblog ini, bahkan ini adalah tulisan pertama diblog untuk tahun ini. Hmm saya baru tersadar, setelah baca postingannya pandji bahwa terlalu banyak alasan yang membuat sulit menulis diblog. Yapz, saya mengakuinya.

Banyak sebenarnya ide-ide cerita, hal hal unik atau baru saya temui untuk di tuliskan di blog, tapi lagi-lagi saya selalu beralasan hanya karena ketika ide itu muncul saya sedang tidak didepan laptop atau lagi tidak online. Ya alasan ajah sih sebenarnya, padahal sebenarnya menulis ya tinggal menulis, ga perlu nunggu ide atau pun mood.

Dulu waktu masih jaman-jamannya nulis di friendster, trus di catatan Facebook, saya begitu rajinnya menulis, banyak hal bahkan bisa sehari ada 3 tulisan. Tahun ini tinggal 4 bulan lagi, dan produktifitas menulis saya pun makin menurun tiap tahunnya, hmmm tapi masih ada waktu untuk meningkatkan tulisan-tulisan saya, meski lagi-lagi gagal untuk konsen tiap bulan ada tulisan.

Baiklah, mari menuliiis, karena dengan tulisan kamu bisa menjadi Tuhan, bisa bebas berkhayal, obat lupa paling mujarab, serta tulisan pun adalah kenangan terbaik ketika dibaca dimasa depan... ^_^

Sebulan Lagi

"Eh Toby, si Zahra udah mau merit aja loh " Dani tiba-tiba mengatakan hal itu tatkala mereka sedang bercerita nostalgia masa sekolah dulu.

"Iya gue tau " ketus Toby, raut mukanya pun berubah jadi masam.

"Eeh, kok lo jadi kecut gitu, kenapa lo, hem jadi kepikiran pengan merit juga" ledek Dany.

Namun entah mengapa, masam wajahnya Toby tidak seperti biasa. Dani tahu raut muka seperti itu, yah,... itu adalah mimik wajah patah hati.

"Lo suka dia, isn't really?? sebuah kalimat tanya langsung dilontarkan Dany sambil tertawa dan langsung saja Toby menjawab dengan isyarat anggukan kepala.

"Lo serius, kok bisa... sejak kapan" buat Dany yang sudah cukup mengenal Toby, jelas itu jawaban yang serius, hanya dengan isyarat dan tanpa kata-kata.

"Sejak dulu sampai sekarang entah kenapa gw ga berani ungkapin itu ke dia" jawab Toby, sambil menunduk. Dan sekarang, she's get married.

"KENAPA LO GA BERANI" Dany terlihat emosional. Lo harusnya berjuang dulu, lo ga pernah mau coba sih, ayo dong By masih ada waktu sebulan kok, siapa tau dia memilih pasangan yang salah, atau okelah mungkin benar pilihannya tapi siapa tahu itu pilihan kedua, karena elo pilihan pertamanya ga ngungkapin-ngungkapin atau nunjukin perasaan lo ke dia.

"Gw udah sempet berani, yap tepat kemarin gw akhirnya berani, tapi akhirnya keberanian gw kembali memudar, bukan karena gw takut akan kenyataan pahit bahwa mungkin gw bukan pilihan pertama, lo harus tahu gw yakin kok. Sekali lagi, bukan karena gw takut itu, tapi gw takut kalo elo batal nikah sama dia. Selamat yah, gw percaya lo pilihan terbaik dia". Ucap Toby kalem, yang membuat rasa emosional Dany hilang berganti menjadi keheningan.